KEWAJIBAN MENGENAL DIRI TERCNTUM DALAM ALQURAN
Sebaiknya semua muslim tahu.....bahwa Kewajiban mengenal diri tercantum
dalam Alquran,
Firman Allah : " Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (
kekuasaan Allah ) bagi orang-orang yang Yakin ( Adz-Dzariyat (51) : 19 )
dan (juga) pada dirimu sendiri.
Maka apakah kamu tiada memperhatikan ? (
Adz- Dzariyat (51) : 20 ) Lalu umat Islam bertanya : " BAGAIMANA CARA
MENGENAL DIRI SEBAGAIMANA YANG DI MAKSUD DALAM FIRMAN ALLAH SWT TERSEBUT
? "
Dalam ISLAM cara mengenal DIRI melalui 2 tahapan, yaitu :
1.
Mengenal diri secara TEORI KEILMUAN, sifatnya umum.
2. Mengenal diri
dalam arti BERTEMU, sifatnya RAHASIA. MENGENAL DIRI secara TEORI
KEILMUAN di buka melalui penjabaran kalimat Tauhid LA ILAHA ILALLAH yang
diuraikan sebagai berikut : LA : DZAT ( RAHASIA ) ILAHA : RUH ILLA :
NAFS ( JIWA ) ALLAH : TUBUH Uraian ini TIDAK DITEMUKAN di ALQURAN dan
HADIST namun merupakan bagian dari PEMAHAMAN YANG MENDALAM atau AL
HIKMAH DARI ALQURAN DAN HADIST......., dan tanpa memahami PEMAHAMAN
tentang NUR MUHAMMAD maka MENGENAL DIRI secara TEORI KEILMUAN ini tidak
dapat di pahami. Padahal.... berdasarkan ILMU SYAREAT seluruh dalil
tentang NUR MUHAMMAD dinyatakan PALSU,......ITU SEBABNYA SEBAGIAN UMAT
ISLAM TIDAK MENGENAL DIRI yang di tandai dengan PERBUATAN DAN UCAPAN
YANG TIDAK BERAKHLAK.
Kebenaran adakalanya tidak harus dipertahankan untuk keselamatan diri dan orang lain
Saturday, April 4, 2015
rahasia titik hurub ba' pe kalimat basmalla (bag2)
( Sebelum membaca catatan ini saya menyarankan agar membaca catatan bagian I ...dengan judul yang sama agar tidak bingung dan ling lung ) Saya mengingatkan kembali bahwa jika anda merasa berat untuk bisa memahami uraian dalam catatan ini maka sebaiknya tidak melanjutkan membacanya dan juga jangan mempelajari secara otodidak ( belajar sendiri ) I. SEJARAH HURUF ARAB HURUF ARAB adalah salah satu ABJAD yang dalam sejarahnya mengalami proses EVOLUSI ( Perubahan bentuk )......yang tadinya TIDAK BERTANDA BACA ( Fatah,Kasrah,Damah,Tanwin ) menjadi bertanda baca....dan dari HURUF GUNDUL TANPA TITIK menjadi bertanda dengan TITIK seperti pada HURUF BA........... Pada masa Rasulullah Saw huruf arab belum memiliki TANDA BACA dan TANDA HURUF jadi masih berupa deretan HURUF ARAF GUNDUL dimana HURUF BA dan NUN pada saat itu tidak ada bedanya......... Pada masa Rasulullah Saw ...Alquran di hafalkan oleh para sahabat dan mulai di tulis menjadi sebuah kitab dengan huruf arab pada abad ke 2 Hijriyah yang sebelumnya melalui serangkaian perbaikan TANDA BACA dan TANDA HURUF....... Jadi pada awalnya HURUF arab adalah deretan HURUF yang tidak memiliki TANDA BACA dan Tidak memiliki TANDA HURUF berupa TITIK atau pada awalnya HURUF BA memang TIDAK BERTITIK lalu kesemuanya mulai diadakan TANDA BACA dan TANDA HURUF sejak abad kedua hijriah saat dimana Alquran dalam proses penyusunan untuk dijadikan sebagai KITAB yang TERTULIS........................... Sejarah HURUF ARAB selengkapnya dapat di baca di sini : http://www.google.co.id/url? sa=t&source=web&cd=9&sqi %3A%2F% 2Fbelajarcepatbacaquran.com %2Fsearch%2Fsejarah- huruf-arab% 2F&ei=JvUDToGhJIHQrQfOstn Awt_onyRvryntCSg Perlu untuk di ketahui dan di pahami bahwa dalam pembahasan TITIK BA ini mengesampingkan asfek SEJARAH HURUF ARAB tersebut diatas dan mengkajinya dari sisi MAKNA sebagai sebuah METODE untuk menjelaskan apa yang terkandung dalam kalimat BASMALLLAH........... Uraian ini saya COPAS dariKITAB TEBERUBUT dan merupakan salah satu versi lain dari pembahasan dan pemahaman TITIK BA karena Ada banyak versi pembahasan tentang RAHASIA TITIK BA dengan berbagai macam metode.....jadi apa yang saya sampaikan ini hanya salah satu dari sekian banyak versi yang ada baik yang di sampaikan dalam bentuk buku-buku ataupun dalam bentuk catatan di Internet atau di akun - akun Facebook dan juga Twitter..............dan gak perlu repot-repot protes atau keberatan jika apa yang saya sampaikan ini tidak berkenan atau tidak sesuai dengan pemahaman anda selama ini.............. II. KALIMAT BASMALLAH PADA ALAM SEMESTA. ( Lihat Gambar ) Seperti yang sudah di uraikan pada uraian sebelumnya bahwa kalimat BASMALLAH adalah rangkuman dari SURAT ALFATIHAH dan surat ALFATIHAH merupakan Rangkuman dari seluruh isi kandungan Kitab ALQURAN dan SUNAN KALIJAGA belajar ilmu TITIK dari SUNAN BONANG melalui RAHASIA atau HIKMAH sebuah TITIK pada HURUF BA....dengan uraian sebagai berikut : 1. KETIKA HURUF BA BELUM BERTITIK..........Ibarat YANG ADA HANYA DZAT MAHA MUTLAK ALLAH yang belum BERNAMA .... ( KOSONG )............... ( LIHAT GAMBAR NO. 3 DI KITAB tEBERUBUT ) Kalimat BASMALLAH yaituBISMILLAHHIRROHMANNI bertumpu pada " TITIK BA "......Dengan adanya TITIK pada Huruf BA maka kalimat BASMALLAH menjadi ada dan bisa terbaca dengan baik dan benar tanpa adanya TITIK pada huruf BA maka tidak ada Kalimat BASMALLAH........ Ketika HURUF BA tidak ber TITIK maka tidak ada huruf BA namun ada bentuknya tapi tak bernama ..........................atau diibaratkan HURUF BA TANPA TITIK adalah DZAT MAHA MUTLAK yang sudah ada ketika segala sesuatu belum ada...namun DZAT MAHA MUTLAK ini belum memiliki NAMA ( kosong ) .............disinilah RAHASIA pertama TITIK BA...yaitu NAMA dari DZAT MAHA MUTLAK......yang di kenal sebagaiNAMA ALLAH YANG KE 100...... Keberadaan NAMA DZAT MAHA MUTLAK ini menjadi Perhatian tersendiri dikalangan Para SUFI yang bersandar pada sebuah dalil dari Rasulullah Saw :..... “...Aku meminta dengan seluruh nama yang Engkau miliki yang Engkau sebut Dirimu dengannya, yang Engkau ajarkan kepada salah satu mahlukmu, yang engkau turunkan dalam kitabMu, yang Engkau simpan dalam ilmu sebagai hal yang ghoib di sisi....” .[ HR. Ahmad no. 3784, hadits ini dishohihkan oleh Al Albani dalam Shohihut Targhib wat Tarhib no. 1822, Maktabah Syamilah.] Dari hadis tersebut Para SUFI meyakini bahwa yang dimaksud dengan" Yang engkau turunkan dalam kitabmu " adalah 99 nama yang telah di ketahui atau tersebut dalam Alquran yang biasa disebut ASMAUL HUSNA.........sedangkan kalimat "Yang Engkau simpan dalam ilmu sebagai hal yang ghoib di sisi....” mengisyaratkan adanya nama yang DIRAHASIAKAN karena bersifat GHAIB........seperti yang diisyaratkan dalam hadist lainnya yaitu ; Rasulullah SAW :.."..Sesungguhnya ALLAH mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu. Barangsiapa menghapalnya , niscaya ia masuk surga. (H.R. Bukhari dan Muslim) Rasulullah Saw bukanlah manusia yang memiliki sifat BOHONG .....apa yang disampaikannya PASTI BENAR dan PASTI terjadi.....jadi para SUFI meyakini bahwa Ucapan Rasulullah Saw menyebut angka 100 pada hadist tersebut adalah BENAR bahwa sebenarnya nama Allah memang ada 100 namun yang diketahui secara terbuka hanya 99 nama saja sedangkan 1 nama menjadi RAHASIANYA................atau secara Logikanya Rasulullah Saw tidak akan menyebut angka 100 jika memang hanya ada 99 nama saja.................. Tidak ada satupun kajian ilmu yang bisa menunjukkan kebenaran adanya nama yang ke 100 ini namun jika di simak dari hadist tersebut di atas pada kalimat :.."..yang Engkau ajarkan kepada salah satu mahlukmu ..".maka dapat dipastikan bahwa nama yang ke 100 ini diyakini oleh para SUFI didapatkan langsung dari Allah swt yang diberikan secara KHUSUS kepada MAHKLUK PILIHANNYA...............Jadi untuk mendapatkan Nama Allah swt yang ke 100 tidak bisa DINIATKAN UNTUK MENDAPATKANNYA apalagi BEAJAR ILMU TERTENTU UNTUK MENDAPATKANNYA.............. KERAHASIAAN Nama ke 100 ini sangat terjaga di kalangan para SUFI bahkan seorang guru yang sudah mendapatkan nama ke 100 ini tidak akan menyampaikan kepada muridnya...........kalaupun di sampaikan maka akan di berikan kepada muridnya secara selektif ( Murid Pilihan )............dan bagi siapa saja yang akan di berikan oleh gurunya harus melakukan RITUAL tertentu sebagai tanda BAIAT atau SUMPAH yang meliputi : 1. Tidak boleh disebut dan dibahas atau dibiicarakan atau untuk disampaikan dimanapun dan kapanpun kepada keluarga sendiri ( BAPAK,IBU,ISTRI,SUAMI,ANAK,C dan KELUARGA,Dll ) 2. Tidak boleh disebut dan di bahas atau dibicarakan atau untuk disampaikan dimanapun dan kapanpun kepada siapapun termasuk sesama SUFI yang sudah mengetahui juga nama yang ke 100 tersebut. Mendapatkan Nama yang ke 100 bagi para SUFI bukanlah sebuah TUJUAN namun HAK ALLAH Swt atas dirinya setelah melalui perjalanan spiritual yang panjang, penuh rintangan dan cobaan yang teramat sangat berat ......dan itupun karna " DITARIK " masuk kedalam RAHASIANYA........sehingga dipastikan tidak semua SUFI bisa mendapatkannya karna menjadi HAK ALLAH swt semata. Ada beberapa versi seorang SUFI menerima Nama ke 100 ini yaitu : 1. Menerima lsngsung dari Allah swt........................................ 2. Menerima dari Rasulullah Saw...................................... 3. Menerima dari Nabi KHIDR AS yang di aminkan oleh Rasulullah Saw.......... Sebelum Menerima Nama yang ke 100 ini ....seorang SUFI akan di perlihatkan PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA mulai dari belum ada sesuatu kecuali DZAT MAHA MUTLAK ALLAH sampai dengan PROSES PENCIPTAAN DIRINYA SENDIRI seperti yang tertuang dalam Alquran surat Al Kahfi 51 : "..Aku tidak menghadirkan mereka ( Iblis dan anak cucunya ) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak pula penciptaan diri mereka sendiri,dan tidaklah aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebgai penolong.." Penyaksian ini terjadi agar tercapai tingkat KEYAKINAN YANG SEMPURNA dan PENCAPAIAN TAUHID YANG SEMPURNA pula sebagai mana yang pernah diperlihatkan Allah swt kepada Nabi Ibrahim As sesuai surat Al An'am 75..: "..Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim AS tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim AS itu termasuk orang-orang yang yakin..." Penyaksian ini memperlihatkan seluruh kejadian pencipataan ALAM SEMESTA yang selanjutnya " menjelma atau terangkum " dalam ALQURAN.....kemudian terangkum lagi dalam Surat ALFATIHAH ( Menjadi Rahasia Surat Al Fatihah ).......kemudian terangkum lagi dalam kalimat Basmallah .."..BISMILLAHHIRRO sebabnya ketika kalimat Basmallah ini diturunkan oleh Allah swt menggetarkan seluruh mahkluk di Alam semesta seperti yang tergambar dalam hadist yang diriwayatkan oleh IBNU MARWAUH dari JABIR BIN ABDULLAH Ra,...Rasulullah Saw : Ketika ayat "..BISMILLAHHIRROHMA Allah turunkan ,awan - awan bergerak ketimur,angin tidak bergerak tapi laut-laut bergelombang ,binatang- binatang memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama apa yang sedang terjadi,setan-setan dirajam / dilempari panah api dari langit dan Allah bersumpah demi kemuliaanNYA dan ke BESARANNYA bahwa apabila menyebut namaNYA atas sesuatu niscaya Allah limpahkan berkah pada sesuatu itu.." Penyaksian ini seperti layaknya " NONTON FILM " dan tak ada satupun peristiwa yang terlewatkan sehingga dia benar benar memahami siapa dirinya yang tak lain hanyalah sebuah TITIK yang KOSONG .......yang ADA KARENA DIADAKAN dan MENJADI SESUATU KARENA DI JADIKAN oleh DZAT MAHA MUTLAK ....tidak ada lagi istilah - istilah yg berlaku pada dirinya yang sering diucapkan oleh para SUFI pada umumnya seperti : 1. Belum ber MA'RIFAT kalau masih SHOLAT dan ZIKIR.................................... 2. Belum Ber MA'RIFAT kalau belum tahu yang mana Allah pada Sesuatu ............................ 3. Belum ber MA'RIFAT kalau belum mengatakan dan mengaku AKU ALLAH.......................... 4. Belum ber MA'RIFAT kalau masih bicara dan mengkaji ILMU..................................... 5. Belum ber MA'RIFAT kalau masih cari makan dan minum dgn bekerja keras peras keringat banting tulang... Siapaun SUFI yang telah menerima nama Allah yang ke 100 maka akan menjadi GUDANG ILMU dan berahklak mulia yang menjadi rahmatan lilalamin bagi lingkungan disekitarnya dan baginya tidak ada lagi istilah perbedaan SUKU,AGAMA,RAS dan ADAT ISTIADAT ( SARA ) serta perbedaan jenis Kelamin ( Jender ) ...........sedangkan bagi mereka yang mendapatkan Nama Allah yang ke 100 dari GURUnya adalah sebuah keberuntungan yang besar.....( Jika di amalkan Pasti mendatangkan dan bisa Memiliki kekuatan Supranatural / Kesaktian ).............. Uraian RAHASIA Nama ke 100 ini di yakini termasuk dalam pemahaman yang sangat dirahasiakan oleh sahabat Rasulullah Saw,yaitu Abu Hurairah R.A. jadi akan sangat sulit dipahami dan bisa menimbulkan perdebatan konyol serta FITNAH............ Abu Hurairah R.A. berkata : " ....BILAMANA KUURAIKAN APA YANG KUDAPAT DARI RASULULLAH ( Ilmu Ma'rifat/ Batin ) MAKA PASTI AKAN KAMU POTONG LEHERKU INI,ATAU KAMU KATAKAN BAHWA AKU INI ADALAH KAFIR.." Di " masyarakat SUFI " Indonesia di temukan banyak sekali nama yang ke 100 dan 8 diantaranya yaitu : 1. TIK - KULLAH ,artinya TITIK atau TITIS Allah......segala sesuatu adalah TITIK atau TITIS ALLAH. 2. KUN KUNUNG-KUNUNG KUMASALAH,artinya Pancaran cahaya yang amat cemerlang di alam TUHAN. 3. NUR SARI MARANG,artinya kepanjangan dari nama SAMAR ( Tokoh Pewayangan ) 4. Ah...... 5. Ana atau AKU...................................... 6. Hu 7. huwa 8. Yahuwa atau Yehuwa Adanya perbedaan NAMA yang ke 100 ini membuktikan bahwa SUFI tidak terbebas dari " Godaan IBLIS dan SYAITAN " karna seharusnya hanya ada 1 nama saja .............Jadi hendaknya berhati - hati dalam menerima pemahaman adanya nama DZAT MAHA MUTLAK ALLAH Swt atau nama yang ke 100 ini.................................. Nama Allah yang ke 100 ini juga memiliki makna Syareat yaitu :."....Tidak akan pernah melihat kezaliman dan penderitaan sesama mahkluk Allah di depan matanya.." Berikut simak ilustrasi ceritanya...: Seorang murid bertanya kepada gurunya, "Guru..., telah belasan tahun tahun aku mengikutimu, namun tadi kudengar seseorang berkata ada sesuatu yang masih Guru sembunyikan dari aku." Sang guru bertanya, "Apa yang kaudengar..? " " Saya dengar guru telah mengetahui Rahasia Nama Allah yang ke-100..... Katanya orang yang telah mengetahui Rahasia Nama Allah yang ke-100 dia tidak akan pernah melihat kezaliman dan penderitaan di depan matanya.." Kata sang Guru, "Baiklah, bila engkau ingin tahu rahasia Nama Allah yang ke-100 itu, nanti setelah sholat subuh pergilah kamu ke halaman kantor Bank Swasta di dekat pasar..... Perhatikanlah apa yang terjadi di depan kantor itu... Maka, setelah sholat subuh .....si murid pergi ke tempat yang dimaksud...........Lama dia memperhatikan gerak-gerik setiap orang yang lalu lalang.. dan tidak terjadi apa-apa. Menjelang pagi ......datang seorang kakek-kakek memanggul daun pisang dan bermaksud berjualan dihalaman kantor itu..................... Satpam Penjaga kantor bank Swasta itu mencegatnya, dan berkata, "Hai, mau apa kau, Kek?" "Aku akan menjual daun pisang ini disini , dan uangnya akan kupergunakan untuk membeli makanan dan obat bagi istriku yang sedang sakit...." Satpam..: "Kakek tidak bisa berjualan disini , bisa jualan disini tapi harus bayar sewa tempat dulu 10 ribu rupiah dan tidak boleh lebih dari jam 07.00 pagi............." Kakek: "Bagaimana mungkin aku membayarnya, sedang Daun pisangku belum terjual....? Satpam..: "..Kalo gitu silahkan kakek cari tempat lain ...!!!! Mereka ribut untuk beberapa waktu. Si murid yang mengintip berdebar-debar menunggu keajaiban Nama Allah ke-100 yang kata gurunya akan muncul..... Namun sampai Pagi menjelang , keajaiban itu tidak kunjung tiba. Si kakek terpaksa mencari tempat berjualan lainnya dengan susah payah bahkan nyaris saja dia dihajar oleh Satpam penjaga kantor itu.......... ******************* Si murid yang kecewa, lalu segera menemui gurunya............ Guru : .."..Apa yang kau lihat di sana tadi ?" Si Murid pun menceritakan pengalamannya, dan mengungkapkan kekecewaannya ...., "Ah.. andai saja Guru memberitahuku Rahasia Nama Allah yang ke-100 kepadaku, tentu kejadian itu tidak akan terjadi di depanku..." Kata sang Guru..: "...Kamu tidak akan pernah mengetahui Rahasia Nama Allah yang ke-100 itu...... Bukankah dikatakan bahwa orang yang telah mengetahui Nama Allah yang ke-100 tidak akan pernah melihat kezaliman dan penderitaan mahkluk Allah di depan matanya......???......... Kau telah melihat kezaliman di depan matamu, tapi kau membiarkannya saja.... Seharusnya bantu kakek itu, hingga kezaliman yang menimpanya tidak terjadi.....,yang berarti kau telah memecahkan Rahasia Nama Allah yang ke-100 itu. Nama Allah yang ke-100 adalah perwujudan dari sifat Rahman dan Rahim-nya di dunia ini, hingga siapa pun yang bersegera membantu orang-orang yang tertindas dan berjuang melawan kezaliman adalah orang-orang yang mengetahui Rahasia Nama Allah yang ke-100 ini." ------------------------------------------- Jadi Kalimat BASMALLAH ibarat ALAM SEMESTA sedangkan HURUF BA tanpa TITIK ......ibarat DZAT MAHA MUTLAK ALLAH Swt...yang sudah ada ketika segala sesuatunya belum ada atau belum diciptakan yang selanjutnya karnaDZAT MAHA MUTLAK ALLAH Swt ini terciptaALAM SEMESTA atau tercipta segala sesuatunya menjadi ADA...atau ...: " BI KANA MA KANA,BI YAKUNU MA YAKUNU,FAWUJUDUL AWALIMI BI "......." Dengan AKU ada..,apa saja yang telah ada dan dengan AKU akan ada apa saja yang akan ada maka semua alam ini adalah denganKU " 2. KETIKA HURUF BA TELAH BERTITIK..........TITIK BA Ibarat NUR MUHAMMAD. Ketika HURUF BA ber TITIK maka tersebutlah ada huruf BA .................atau diibaratkan TITIK HURUF BA adalah NUR MUHAMMAD yang pertama diciptakan ketika segala sesuatunya belum ada yang selanjutnya karna NUR MUHAMMAD segala sesuatu menjadi ADA...dan di adakan...................
sumber
Friday, April 3, 2015
LAKSITA JATI; Meraih Kasampurnan Hidup
Ilmu yang mengajarkan tata cara menghargai diri sendiri, dengan “laku” batin untuk mensucikan raga dari nafsu angkara murka (amarah), nafsu mengejar kenikmatan (supiyah), dan nafsu serakah (lauwamah). Pribadi membangun raga yang suci dengan menjadikan raga sebagai reservior nafsul mutmainah. Agar supaya jika manusia mati, raganya dapat menyatu dengan “badan halus” atau ruhani atau badan sukma.
Hakikat kesucian, “badan wadag” atau raga tidak boleh pisah dengan “badan halus”, karena raga dan sukma menyatu (curigo manjing warongko) pada saat manusia lahir dari rahim ibu. Sebaliknya, manusia yang berhasil menjadi kalifah Tuhan, selalu menjaga kesucian (bersih dari dosa), jika mati kelak “badan wadag” akan luluh melebur ke dalam “badan halus” yang diliputi oleh kayu dhaim, atau Hyang Hidup yang tetap ada dalam diri kita pribadi, maka dilambangkan dengan “warongko manjing curigo”. Maksudnya, “badan wadag” melebur ke dalam “badan halus”. Pada saat manusia hidup di dunia (mercapada), dilambangkan dengan “curigo manjing warongko”; maksudnya “badan halus” masih berada di dalam “badan wadag”. Maka dari itu terdapat pribahasa sebagai berikut:
“Jasad pengikat budi, budi pengikat nafsu, nafsu pengikat karsa (kemauan), karsa pengikat sukma, sukma pengikat rasa, rasa pengikat cipta, cipta pengikat penguasa, penguasa pengikat Yang Maha Kuasa”.
Sebagai contoh :
Jasad jika mengalami kerusakan karena sakit atau celaka, maka tali pengikat budi menjadi putus. Orang yang amat sangat menderita kesakitan tentu saja tidak akan bisa berpikir jernih lagi. Maka putuslah tali budi sebagai pengikat nafsu. Maka orang yang sangat menderita kesakitan, hilanglah semua nafsu-nafsunya; misalnya amarah, nafsu seks, dan nafsu makan. Jika tali nafsu sudah hilang atau putus, maka untuk mempertahankan nyawanya, tinggal tersisa tali karsa atau kemauan. Hal ini, para pembaca dapat menyaksikan sendiri, setiap orang yang menderita sakit parah, energi untuk bertahan hidup tinggalah kemauan atau semangat untuk sembuh. Apabila karsa atau kemauan, dalam bentuk semangat untuk sembuh sudah hilang, maka hilanglah tali pengikat sukma, akibatnya sukma terlepas dari “badan wadag”, dengan kata lain orang tersebut mengalami kematian. Namun demikian, sukma masih mengikat rasa, dalam artian sukma sebenarnya masih memiliki rasa, dalam bentuk rasa sukma yang berbeda dengan rasa ragawi. Bagi penganut kejawen percaya dengan rasa sukma ini. Maka di dalam tradisi Jawa, tidak boleh menyianyiakan jasad orang yang sudah meninggal. Karena dipercaya sukmanya yang sudah keluar dari badan masih bisa merasakannya. Rasa yang dimiliki sukma ini, lebih lanjut dijelaskan karena sukma masih berada di dalam dimensi bumi, belum melanjutkan “perjalanan” ke alam barzah atau alam ruh.
Rahsa atau rasa, merupakan hakikat Dzat (Yang Maha Kuasa) yang mewujud ke dalam diri manusia. Dzat adalah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Kuasa, Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Urutan dari yang tertinggi ke yang lebih rendah adalah sebagai berikut;
Dzat (Dzatullah) Tuhan Yang Maha Suci, meretas menjadi;
Kayu Dhaim (Kayyun) Energi Yang Hidup, meretas menjadi;
Cahya atau cahaya (Nurullah), meretas menjadi;
Rahsa atau rasa atau sir (Sirrullah), meretas menjadi ;
Sukma atau ruh (Ruhullah).
No 1 s/d no 5 adalah retasan dari Dzat, Tuhan Yang Maha Kuasa, maka ruh bersifat abadi, cahaya bersifat mandiri tanpa perlu bahan bakar. Ruh yang suci yang akan melanjutkan “perjalanannya” menuju ke haribaan Tuhan, dan akan melewati alam ruh atau alam barzah, di mana suasana menjadi “jengjem jinem” tak ada rasa lapar-haus, emosi, amarah, sakit, sedih, dsb. Sebelum masuk ke dimensi barzah, ruh melepaskan tali rasa, kemudian ruh masuk ke dalam dimensi alam barzah menjadi hakikat cahaya tanpa rasa, dan tanpa karsa. Yang ada hanyalah ketenangan sejati, manembah kepada gelombang Dzat, lebur dening pangastuti.
KONSEP ARWAH PENASARAN
Sebaliknya ruh yang masih berada di dalam dimensi gaibnya bumi, masih memiliki tali rasa, misalnya rasa penasaran karena masih ada tanggungjawab di bumi yang belum terselesaikan, atau jalan hidup, atau “hutang” yang belum terselesaikan, menyebabkan rasa penasaran. Oleh karena itu dalam konsep Kejawen dipercaya adanya arwah penasaran, yang masih berada di dalam dimensi gaibnya bumi. Sehingga tak jarang masuk ke dalam raga orang lain yang masih hidup yang dijadikan sebagai media komunikasi, karena kenyataan bahwa raganya sendiri telah rusak dan hancur. Itulah sebabnya mengapa di dalam ajaran Kejawen terdapat tata cara “penyempurnaan” arwah (penasaran) tersebut.
JALAN SETAPAK MERAIH KESUCIAN
(Jihad/Perang Baratayudha/Perang Sabil)
Mati penasaran, kebalikan dari mati sempurna. Dalam kajian Kejawen, mati dalam puncak kesempurnaan adalah mati moksa atau mosca atau mukswa. Yakni warangka (raga) manjing curigo (ruh). Raga yang suci, adalah yang tunduk kepada kesucian Dzat yang terderivasi ke dalam ruh. Ruh suci/roh kudus (ruhul kuddus) sebagai retasan dari hakikat Dzat, memiliki 20 sifat yang senada dengan 20 sifat Dzat, misalnya kodrat, iradat, berkehendak, mandiri, abadi, dst. Sebaliknya, ruh yang tunduk kepada raga hanya akan menjadi budak nafsu duniawi, sebagaimana sifat hakikat ragawi, yang akan hancur, tidak abadi, dan destruktif. Menjadi raga yang nista, berbanding terbalik dengan gelombang Dzat Yang Maha Suci. Oleh karena itu, menjadi tugas utama manusia, yakni memenangkan perang Baratayudha di Padang Kurusetra, antara Pendawa (kebaikan yang lahir dari akal budi dan panca indera) dengan musuhnya Kurawa (nafsu angkara murka). Perang inilah yang dimaksud pula dalam ajaran Islam sebagai Jihad Fii Sabilillah, bukan perang antar agama, atau segala bentuk terorisme.
Adapun ajaran untuk menggapai kesucian diri, atau Jihad secara Kejawen, yakni mengendalikan hawa nafsu, serta menjalankan budi (bebuden) yang luhur nilai kemanusiannya (habluminannas) yakni ; rela (rilo), ikhlas (legowo), menerima/qonaah (narimo ing pandum), jujur dan benar (temen lan bener), menjaga kesusilaan (trapsilo) dan jalan hidup yang mengutamakan budi yang luhur (lakutama). Adalah pitutur sebagai pengingat-ingat agar supaya manusia selalu eling atau selalu mengingat Tuhan untuk menjaga kesucian dirinya, seperti dalam falsafah Kejawen berikut ini :
“jagad bumi alam kabeh sumurupo marang badan, badan sumurupo marang budi, budi sumurupo marang napsu, napsu sumurupo marang nyowo, nyowo sumurupo marang rahso, rahso sumurupo marang cahyo, cahyo sumurupo marang atmo, atmo sumurupo marang ingsun, ingsun jumeneng pribadi”
(jagad bumi seisinya pahamilah badan, badan pahamilah budi, budi pahamilah nafsu, nafsu pahamilah nyawa, nyawa pahamilah karsa, karsa pahamilah rahsa, rahsa pahamilah cahya, cahya pahamilah Yang Hidup, Yang Hidup pahamilah Aku, Aku berdiri sendiri (Dzat).
Artinya, bahwa manusia sebagai derivasi terakhir yang berasal dari Dzat Sang Pencipta harus (wajib) memiliki kesadaran mikrokosmis dan makrokosmis yakni “sangkan paraning dumadi” serta tunduk, patuh dan hormat (manembah) kepada Dzat Tuhan Pencipta jagad raya.
Selain kesadaran di atas, untuk menggapai kesucian manusia harus tetap berada di dalam koridor yang merupakan “jalan tembus” menuju Yang Maha Kuasa. Adalah 7 perkara yang harus dicegah, yakni;
1.Jangan ceroboh, tetapi harus rajin sesuci.
2.Jangan mengumbar nafsu makan, tetapi makanlah jika sudah merasa lapar.
3.Jangan kebanyakan minum, tetapi minum lah jika sudah merasa haus.
4.Jangan gemar tidur, tetapi tidur lah jika sudah merasa kantuk.
5.Jangan banyak omong, tetapi bicara lah dengan melihat situasi dan kondisi.
6.Jangan mengumbar nafsu seks, kecuali jika sudah merasa sangat rindu.
7.Jangan selalu bersenang-senang hati dan hanya demi membuat senang orang-orang, walaupun sedang memperoleh kesenangan, asal tidak meninggalkan duga kira.
Demikian pula, di dalam hidup ini jangan sampai kita terlibat dalam 8 perkara berikut;
1. Mengumbar hawa nafsu.
2. Mengumbar kesenangan.
3. Suka bermusuhan dan tindak aniaya.
4. Berulah yang meresahkan.
5. Tindakan nista.
6. Perbuatan dengki hati.
7. Bermalas-malas dalam berkarya dan bekerja.
8. Enggan menderita dan prihatin.
Sebab perbuatan yang jahat dan tingkah laku buruk hanya akan menjadi aral rintangan dalam meraih rencana dan cita-cita, seperti digambarkan dalam rumus bahasa berikut ini;
1. Nistapapa; orang nista pasti mendapat kesusahan.
2. Dhustalara; orang pendusta pasti mendapat sakit lahir atau batin.
3. Dorasangsara; gemar bertikai pasti mendapat sengsara.
4. Niayapati; orang aniaya pasti mendapatkan kematian.
PERBUATAN, PASTI MENIMBULKAN “RESONANSI”
Demikian lah, sebab pada dasarnya perilaku hidup itu ibarat suara yang kita kumandang akan menimbulkan gema, artinya apapun perbuatan kita kepada orang lain, sejatinya akan berbalik mengenai diri kita sendiri. Jika perbuatan kita baik pada orang lain, maka akan menimbulkan “gema” berupa kebaikan yang lebih besar yang akan kita dapatkan dari orang lainnya lagi. Hal ini dapat dipahami sebagaimana dalam peribahasa;
Barang siapa menabur angin, akan menuai badai,
Siapa menanam, akan mengetam,
Barang siapa gemar menolong, akan selalu mendapatkan kemudahan,
Barang siapa gemar sedekah kepada yang susah, rejekinya akan menjadi lapang.
Orang pelit, pailit
Pemurah hati, mukti
PERILAKU TAPA BRATA
Idealnya, setiap orang sepanjang hidupnya dapat melaksanakan “tapa brata” atau mesu-budi, menahan hawa nafsu, yg mempunyai kesamaan dengan hakikat puasa seperti di bawah ini;
1. Tapa/puasanya badan/raga; harus anoraga; rendah hati; gemar berbuat baik.
2. Tapa/puasanya hati; nerima apa adanya; qonaah; tak punya niat/prasangka buruk, tidak iri hati.
3. Tapa/puasanya nafsu; ikhlas dan sabar dalam menerima musibah, serta memberi maaf kepada orang lain.
4. Tapa/puasanya sukma; jujur.
5. Tapa/puasanya rahsa; mengerem sembarang kemauan, serta kuat prihatin dan menderita.
6. Tapa/puasanya cahya; eneng-ening; tirakat atau bertapa dalam keheningan, kebeningan, dan kesucian.
7. Tapa/puasanya hidup (gesang); eling (selalu ingat/sadar makro-mikrokosmos) dan selalu waspada dari segala perilaku buruk.
Selain itu, anggota badan (raga) juga memiliki tanggungjawab masing-masing sebagai wujud dari hakikat puasa atau tapa brata ;
1. Tapa/puasanya netro/mata; mencegah tidur, dan menutup mata dari nafsu selalu ingin memiliki/menguasai.
2. Tapa/puasanya karno/telinga; mencegah hawa nafsu, enggan mendengar yang tak ada manfaatnya atau yang buruk-buruk.
3. Tapa/puasanya grono/hidung; mencegah sikap gemar membau, dan enggan “ngisap-isap” keburukan orang lain.
4. Tapa/puasanya lisan/mulut; mencegah makan, dan tidak menggunjing keburukan orang lain.
5. Tapa/puasanya puruso/kemaluan; mencegah syahwat, tidak sembarangan ngentot/rakit/ngewe/senggama/zina.
6. Tapa/puasanya asto/tangan; mencegah curi-mencuri, rampok, nyopet, korupsi, dan tidak suka cengkiling; jail dan menyakiti orang lain.
7. Tapa/puasanya suku/kaki; mencegah langkah menuju perbuatan jahat, atau kegiatan negatif, tetapi harus gemar berjalan sembari “semadi” yakni berjalan sebari eling lan waspodo.
Tapa/maladihening/mesu budi/puasa seperti di atas dapat diumpamakan dalam gaya bahasa personifikasi, yang memiliki nilai falsafah yang sangat tinggi dan mendalam sbb;
“Katimbang turu, becik tangi. Katimbang tangi, becik melek. Katimbang melek, becik lungguh. Katimbang lungguh, becik ngadeg. Katimbang ngadeg, becik lumakuo”.
(Daripada tidur lebih baik bangun. Daripada bangun lebih baik melek. Daripada melek lebih baik duduk. Daripada duduk lebih baik berdiri. Daripada berdiri lebih baik melangkah lah)
Untuk meraih kesempurnaan dalam melaksanakan tata laku di atas, hendaknya setiap langkah kita selalu eling dan waspada. Agar supaya setelah menjadi manusia pinunjul tidak menjadi sombong dan takabut, sebaliknya justru harus disembunyikan semua kelebihan tersebut, dan tidak kentara oleh orang lain, sehingga setiap jengkal kelemahan tidak memancing hinaan orang lain. Untuk itu manusia pinunjul harus;
1. Solahbawa, harga diri, perbuatan, harus selalu di jaga
2. Keluarnya ucapan harus dibuat yang mendinginkan, menyejukkan, dan menentramkan lawan bicara
3. Raut wajah yang manis, penuh kelembutan dan kasih sayang.
Inilah sejatinya tata krama dalam ajaran Kejawen. Kesempurnaan dalam melaksanakan langkah-langkah di atas, seyogyanya menimbang situasi dan kondisi, menimbang waktu dan tempat secara tepat, tidak asal-asalan. Karena sekalipun “isi”nya berkualitas, tetapi bungkusnya jelek, maka “isi”nya menjadi tidak berharga. Dengan kata lain, jangan mengabaikan (dugoprayoga) duga kira, bagaimana seharusnya yang baik. Sebab sesempurnanya manusia tetap memiliki kekurangan atau kelemahan, sehingga manakala kelemahan dan kekurangan tersebut diketahui orang lain tidak akan menjadi “batu sandungan”. Seperti dalam ungkapan sebagai berikut;
1. Kusutnya pakaian; tertutup oleh derajat (harga diri) yang luhur.
2. Terpelesetnya lidah, tertutup oleh manisnya tutur kata.
3. Kecewanya warna, tertutup oleh budi pekerti.
4. Cacadnya raga, tertutup oleh air muka yang ramah.
5. Keterbatasan, tertutup oleh sabar dan bijaksana.
Oleh karena itu, meraih kesempurnaan dalam konteks ini diartikan kesempurnaan dalam melaksanakan tapa brata. Kegagalan melaksanakan tapa brata, dapat membawa manusia kepada zaman “paniksaning gesang” tidak lain adalah nerakanya dunia, seperti di bawah ini;
1. Zamannya kemelaratan, dimulai dari perilaku boros
2. Zamannya menderita aib, dimulai dari watak lupa terlena, tanpa awas.
3. Zamannya kebodohan, dimulai dari sikap malas dan enggan.
4. Zamannya angkara, dimulai dengan sikap mau menang sendiri
5. Zamannya sengsara, dimulai dari perilaku yang kacau.
6. Zamannya penyakit, diawali dari kenyang makan.
7. Zamannya kecelakaan, diawali dari perbuatan mencelakai orang lain.
Sebaliknya, “ganjaraning gesang” atau “surganya dunia”, lebih dari sekedar kemuliaan hidup itu sendiri, yakni;
1. Zamannya keberuntungan, awalnya dari sikap hati-hati, tidak ceroboh.
2. Zamannya kabrajan, awalnya dari budi luhur dan belas kasih.
3. Zamannya keluhuran, awalnya dari giat andap asor, sopan santun.
4. Zamannya kebijaksanaan, awalnya dari telaten bibinau.
5. Zamannya kesaktian (kasekten), awalnya dari puruita dan tapabrata.
6. Zamannya karaharjan (ketentraman-keselamatan), awalnya dari eling dan waspada.
7. Zamannya kayuswan (umur panjang), awalnya sabar, qonaah, narimo, legowo, tapa.
SHALAT/SEMBAHYANG DHAIM
Sebagai tulisan penutup, Sabdalangit berusaha memaparkan garis besar TAPA BRATA, agar supaya mudah diingat dan gampang dicerna bagi para pembaca yang masih awam tentang ajaran Kejawen.
Selain dipaparkan di atas, sejalan dengan bertambahnya usia, seyogyanya hidup itu sembari mencari ciptasasmita, “tuah” atau petunjuk yang tumbuh jiwa yang matang dan dari dalam lubuk budi yang suci. Pada dasarnya, tumbuhnya budipekerti (bebuden) yang luhur, berasal dari tumbuhnya rasa eling, tumbuhnya kebiasaan tapa, tumbuhnya sikap hati-hati, tumbuhnya “tidak punya rasa punya”, tumbuhnya kesentausaan, tumbuhnya kesadaran diri pribadi, tumbuhnya “lapang dada”, tumbuhnya ketenangan batin, tumbuhnya sikap manembah (tawadhu’). Pertumbuhan itu berkorelasi positif atau sejalan dengan usia seseorang.
Akan tetapi, jika semakin lanjut usia seseorang akan tetapi perkembangannya berbanding terbalik, mempunyai korelasi negatif, yakni justru memiliki tabiat dan karakter seperti anak kecil, ia merupakan produk topobroto yang gagal. Untuk mencegahnya tidak lain harus selalu mencegah hawa nafsu, serta mengupayakan dengan sungguh-sungguh untuk meraih kesempurnaan ilmu. Begitu pentingnya hingga adalah “wewarah” yang juga merupakan nasehat yang hiperbolis, sbb;
“ageng-agenging dosa punika tiyang ulah ilmu makripat ingkang magel. Awit saking dereng kabuko ing pambudi, dados boten superep ing suraosipun”
Bagi yang sudah lulus, dapat menerima semua ilmu, tentu akan menemui kemuliaan “sangkan paran ing dumadi”. Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui Tuhannya, sesungguhnya dapat mengetahui di dalam badanya sendiri. Siapa yang sungguh-sunggun mengetahui badannya sendiri, sesungguhnya mengetahui Tuhannya. Artinya siapa yang mengetahui Tuhannya, ia lah yang mengetahui semua ilmu kajaten (makrifat). Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui sejatinya badannya sendiri, ia lah yang dapat mengetahui akan hidup jiwa raganya sendiri. Kita harus selalu ingat bahwa hidup ini tidak akan menemui sejatinya “ajal”, sebab kematian hanyalah terkelupasnya isi dari kulit. “Isi” badan melepas “kulit” yang telah rusak, kemudian “isi” bertugas melanjutkan perjalanan ke alam keabadian. Hanya raga yang suci yang tidak akan rusak dan mampu menyertai perjalanan “isi”. Sebab raga yang suci, berada dalam gelombang Dzat Illahi yang Maha Abadi.
Maka dari itu, jangan terputus dalam lautan “manembah” kepada Gusti Pangeran Ingkang Sinembah. Agar supaya menggapai “peleburan” tertinggi, lebur dening pangastuti; yakni raga dan jiwa melebur ke dalam Cahaya yang Suci; di sanalah manusia dan Dzat menyatu dalam irama yang sama; yakni manunggaling kawulo gusti. Dengan sarana selalu mengosongkan panca indra, serta menyeiramakan diri pada Sariraning Bathara, Dzat Yang Maha Agung, yang disebut sebagai “PANGABEKTI INGKANG LANGGENG” (shalat dhaim) sujud, manembah (shalat) tanpa kenal waktu, sambung-menyambung dalam irama nafas, selalu eling dan menyebut Dzat Yang serba Maha. Adalah ungkapan;
“salat ngiras nyambut damel, lenggah sinambi lumampah, lumajeng salebeting kendel, ambisu kaliyan wicanten, kesahan kaliyan tilem, tilem kaliyan melek.
(sembahyang sambil bekerja, duduk sambil berjalan, berjalan di dalam diam, membisu dengan bicara, bepergian dengan tidur, tidur sembari melek).
Jika ajaran ini dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berkat Tuhan Yang Maha Wisesa, setiap orang dapat meraih kesempurnaan Waluyo Jati, Paworing Kawulo Gusti, TIDAK TERGANTUNG APA AGAMANYA.
Subscribe to:
Comments (Atom)
Merinding Setelah Mendengar Kesaksian Orang Mati Suri di Pekanbaru Ini
Merinding dan menangiskah kalian setelah membaca kisah nyata kesaksian orang mati suri ini? Semoga kisah ini dapat dijadikan pelajaran bagi ...
-
DIALOG YANG TERJADI ANTARA SYEKH SITI JENAR, KALIJAGA, BONANG DAN KUDUS. Pada saat Kalijaga, Bonang dan Kudus bertemu terjadi adu argumen...
-
( Sebelum membaca catatan ini saya menyarankan agar membaca catatan bagian I ...dengan judul yang sama agar tidak bingung dan ling lung ) S...